Tanpa saya~ :'(, soalnya saya yang moto -___-'a
Tanpa sengaja, barusan aku melihat catatan yang telah ditulis oleh kakakku. Tidak kusangka ternyata ia orang yang puitis juga. Apa yang ia tulis dan apa yang sering aku lihat dalam dirinya sangat berlainan. Aku yang mengira bahwa ia sekuat karang, ternyata begitu lemah dalam tulisannya. Ternyata begitu ketakutan dalam hatinya. Ingin rasanya aku tanyakan dan ingin rasanya ia dapat berbagi cerita denganku.Aku tidak tahu (atau tepatnya lupa -___-‘a) sejak kapan aku dan kakakku mulai tidak bersua. Kami tidak pernah saling menyapa, sekalipun ada di ruangan yang sama dan hanya ada kami berdua padahal kami tahu bahwa kami ini kakak beradik, tapi kesannya seperti orang yang tidak saling mengenal.
Kami tidak pernah berkata apapun jika tidak begitu penting. Kami tidak pernah saling bercanda seperti kakak adik normalnya. Bahkan, kami tidak pernah bertengkar secara langsung. Hebat bukan?? Betapa kami ini kakak beradik yang aneh.
Jika dibandingkan dengan kakakku yang pertama. Kakakku yang kedua ini amat sangat jauuuuuuuuh berbeda dengannya. Kakakku yang pertama adalah sosok yang hangat, friendly, dan sangat mudah akrab dengan orang lain. Jauh berbalik dengan kakakku yang kedua yang lebih cenderung diam, dan “sok” cool. Walaupun sebenarnya kalau difikir-fikir akupun seperti itu. Lebih cenderung diam dan tertutup terhadap orang-orang baru. Kakakku yang kedua sebenarnya penyayang. Ia mudah bergaul dengan anak-anak (jauh denganku yang bingung terhadap anak-anak. Mungkin karena aku ini seorang adik, jadi tidak tahu bagaimana memperlakukan seorang anak kecil??). Ia juga mudah menerima orang-orang baru (jauh berbeda denganku yang sangat sulit beradaptasi dengan orang-orang baru). Yaaaah~ harus diakui bahwa ia lebih segalanya dariku. Mungkin diantara kami bertiga, akulah yang paling diam dan sulit bergaul (mungkin turunan dari bapakku -____-‘a).
Aku lebih cenderung bergaul dengan orang-orang yang setipe denganku. Sehingga jika berada diantara mereka, aku dapat melepas ekspresiku dengan bebas. Berbeda dengan orang yang tidak sepaham denganku. Aku lebih cenderung diam, tertutup, dan menyembunyikan sifat asliku.
Tapi…. Aku senang, kali pertama aku merasa bahwa kakakku menyayangiku adalah ketika, aku pulang perlombaan paskibra perdanaku di SMA. Aku pulang sekitar pukul 20.30. tanpa memberitahu orangtuaku, karena kebetulan hpku lowbat, dan ketika aku berfikir untuk meminjam handphone temanku aku tidak ingat berapa nomor handphone orangtuaku. Jika harus menelepon ke rumah sepertinya aku enggan. Karena aku merasa tidak enak mengambil sejumlah pulsa temanku untuk keteledoranku.
Sesampainya dirumah, aku dimarahi habis-habisan oleh bapakku. Ketika itu aku benar-benar sudah letih. Sudah lelah. Aku capek. Aku lemas. Aku sudah cukup kecewa dengan hasil perlombaan itu. Dan kini aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus dimaki orangtuaku sendiri, dan dituduh berbohong padahal aku tidak melakukan apa yang dituduhkan mereka??
SHIT!!!!! Aku benar-benar kesal saat itu. Aku menangis sejadinya. Aku masuk dalam kamar. Dengan keadaan lusuh dan “kucel”, aku tetap menangis padahal aku tahu besok aku harus tetap masuk sekolah.
Tapi hebatnya (dan tidak disangka-sangka) kakak keduaku membelaku (entahlah, aku tidak tahu apakah itu sebuah bentuk pembelaan terhadapku atau memang ia merasa kesal dengan tingkah bapakku, tapi aku benar-benar merasa tertolong olehnya).
“Pa, bapa udahlah! Sekarang si mia udah datang. Bapa ngerasa puas ngga sekarang?”
Kata-kata yang cukup “menghenyuhkan” (aku ngga tau nulisnya gitu bukan???) bukan??
Saat itulah aku menyadari bahwa sebenci apapun, se”cuek” apapun seorang kakak terhadap seorang adik, mereka tetap menganggap kita sebagai adik. Dan mereka tetap menyayangi kita layaknya seorang orangtua terhadap anaknya. Karena bagiku, seorang kakak adalah sosok pengganti ketika orangtuaku sedang tidak ada. Karena mereka selalu ada untukku. Karena mereka selalu siap untuk memberikan perlindungannya untukku.
Karena sejujurnya, mereka sayang kepadamu.
0 komentar:
Posting Komentar